MAKALAH
“Problematika
dan Tantangan Dakwah Kontemporer”
Disusun
untuk memenuhi Tugas Akhir mata kuliah Psikologi Komunikasi
Dosen:
Nur Muhlashin, S. Psi, M. A

Disusun
Oleh:
Monika
Windi Aprika
131211024
JURUSAN KOMUNIKASI
PENYIARAN ISLAM KELAS IIIA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN
DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI SURAKARTA
SURAKARTA
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan nikmat dan karunia-Nya,
akhirnya kami selaku penulis mampu menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu
dan tanpa ada halangan sesuatu apapun. Tak lupa penulis panjatkan sholawat
serta salam pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, karena melalui tangan
beliaulah, Allah menurunkan nikmatnya pada kita semua, sehingga kita bisa
merasakan nikmatnya hidup saat ini.
Adapun tujuan utama kami menulis
makalah yang bertemakan “Problematika dan Tantangan Dakwah Kontemporer” ini
adalah untuk melengkapi mata kuliah Psikologi Komunikasi. Di samping itu,
penulisan makalah ini juga menjadi rujukkan untuk kami selaku mahasiswa untuk
mempertebal wawasan keilmuan kita tentang apa saja problematika dan tantangan
dakwah kontemporer.
Harapan kami selaku penulis, semoga
dengan adanya makalah yang singkat ini bisa membantu pembaca dalam memahamiapa
itu penjelasan, serta membantu kemudahan pembelajaran mata kuliah Psikologi
Komunikasisecara khususnya.
Ucapan terimakasih penulis ucapkan
kepada Bapak Nur Muhlashin selaku dosen mata kuliah Psikologi Komunikasi yang
telah membimbing dan memberikan masukan-masukan kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa kami ucapkan
terimakasih kepada teman-teman kami yang telah turut serta membantu kami dalam
penyusunan makalah ini.
Penulis sangat menyadari bahwa
makalah ini belum terbilang dalam kata sempurna, karena keterbatasan kemampuan
dan pengetahuan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
dari berbagai pihak untuk perbaikan dalam pembuatan makalah ini.
Kartasura, 1 Januariri 2015
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Sebagai ilmu pengetahuan, dakwah tidak tertinggal jauh oleh
cabang-cabang ilmu lainnya. Apalagi di era sekarang ini yang serba modern,
dakwah metode cultural kurang berpengaruh dalam masyarakat apalagi masyarakat
kota. Islam merupakan agama dakwah, yaitu agama yang menganjurkan kepada
pemeluknya untuk mengajak segenap manusia supaya beriman, beramal dan berkarya
serta menata kehidupan sesuai dengan nilai-nilai Islam. Dakwah sebagai tugas
mulia dalam pelaksanaannya belum dikelola dengan baik. Menurut kamus bahasa
arab da’a, yad’u, da’watan yang berarti menyeru, mengundang atau ajakan. Inilah
Allah SWT dalam menugaskan dan memberitahu kepada orang-orang mukmin tentang
dakwah. Kegiatan dakwah yang kian hari kian mendapat tantangan yang sangat
kompleks, mesti ditunaikan dengan beragam kekuatan dan potensi. Paling tidak
tantangan yang menghadang lajunya perkembangan dakwah islamiyah di Indonesia
yaitu salah satunya adalah Dakwah Kontemporer.
Adapun metode yang
harusnya ditempuh oleh para dai adalah dengan menggunakan kalimat yang lembut,
tidak kasar apalagi mencacinya, dan apapun ketika seseorang itu menolaknya maka
ajaklah ia dengan berdiskusi atau berdialog dengan argument-argumen yang kuat
sehingga bisa meyakinkan dan tidak pula tetap dengan suasana yeng tentram.
Dakwah menjadi kajian akademik kira-kira pada abad ke-20 setelah adanya
beberapa tulisan yang membicarakan tentang dakwah yang diperkuat dengan
berdirinya jurusan dakwah pada fakultas-fakultas. Dengan lahirnya dakwah
kontemporer ini, para penda’I dapat bersaing secara sehat dengan ilmu-ilmu
lainnya yang telah berkembang begitu cepat, apalagi dengan lahirnya internet
yang semakin hari semakin canggih dan semakin mudah berkembang serta semakin
mempengaruhi orang yang menggunakan.
B
Rumusan
Masalah
1
Apa Pengertian
dari Dakwah Kontemporer itu?
2
Bagaimana Dakwah
di Era yang Kontemporer ini?
3
Apa saja
Tantangan-Tantangan Dakwah Kontemporer?
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A
Pengertian
Dakwah Kontemporer
Dakwah yang pada
intinya menyeru kepada Allah, adalah kewajiban setiap muslim. Kesadaran ini
penting ditanamkan pada setiap muslim. Allah SWT berfirman dalam QS an Nahl :
125 yang artinya: “Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapatkan
petunjuk”. Terkait dengan seruan
untuk berdakwah, lahirlah istilah dakwah kontemporer saat ini, yang mana dakwah
kontemporer adalah dakwah yang dilakukan dengan cara menggunakan teknologi
modern yang sedang berkembang, misalnya televisi, radio, media cetak, internet,
dan lain-lain. Dakwah kontemporer saat ini sangat cocok apabila dilakukan di
lingkungan masyarakat kota atau masyarakat yang memiliki latar belakang
pendidikan menengah ke atas. Teknis yang ada dan yang digunakan dalam dakwah
kontemporer ini juga sangat berbeda dengan dakwah kulutral. Jika dalam dakwah
kultural pada umunya dilakukan dengan menyesuaikan dengan budaya yang ada pada
masyarakat setempat, tetapi berbeda dengan dakwah kontemporer dilakukan dengan
cara mengikuti teknologi yang sedang berkembang saat ini.
Persaingan di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi dewasa ini, khususnya dalam bidang periklanan adalah
merupakan tantangan bagi para da’i kita untuk segera berpindah dari kebiasaan
dakwah kultural ke dakwah kontemporer. Dakwah kontemporer yang dimaksud adalah
dakwah yang menggunakakan fasilitas teknologi modern sebagaimana iklan yang
sedang marak-maraknya. Al-qur’an yang selama ini banyak disampaikan dengan cara
tradisional. Munculnya teknologi dibidang internet atau komputer ini sebenarnya
sangat membantu bagi para da’i dalam menyampaikan nilai-nilai Al-Qur’an dengan
metode tematik. Walaupun kita sadari bahwa para da’i kita banyak yang tidak
bisa mengoperasikan komputer dengan baik. Munculnya Holy Qur’an, Holy Hadist
merupakan kemajuan yang luar biasa bagi umat Islam umumnya dan para da’i pada
khususnya untuk segera direalisasikan kepada umat yang selama ini dalam
menggali Al-Qur’an itu dengan metode tradisional.
Dakwah yang menggunakan fasiltas mimbar-mimbar hanya akan didengar sebatas yang
hadir pada acara tersebut. Lain halnya dengan dakwah yang menggunakan fasilitas
teknologi elektronik seperti TV, internet dan teknologi modern lainnya pasti
akan lebih banyak manfaatnya.
Dakwah kontemporer yang
memanfaatkan teknologi modern lebih banyak manfaatnya daripada dakwah kultural
yang masih harus menyesuaikan dengan kondisi budaya masing-masing daerah.
Materi dakwah yang tepat untuk menghadapi mayarakat modern ini adalah materi
kajian yang bersifat tematik, artinya Islam harus dikaji dengan cara mengambil
tema-tema tertentu yang sesuai dengan tuntutan zaman. Sedangkan fasilitas yang tepat adalah dengan
menggunakan media cetak dan elektronik hasilnya akan lebih banyak serta
jangkauan yang lebih luas.
B
Problematika
Dakwah di Era Kontemporer
Mengingat
aktivitas dakwah tidak terlepas dari masyarakat, maka perkembangannya pun
seharusnya berbanding lurus dengan perkembangan masyarakat. Artinya, aktivitas
dakwah hendaknya dapat mengikuti perkembangan dan perubahan masyarakat. Selama
ini aktivitas dakwah jauh tertinggal dengan perkembangan dan perubahan
masyarakat sehingga dakwah terkesan jalan di tempat. Dakwah belum dijadikan
sebagai pedoman atau panduan oleh masyarakat dalam menghadapi perubahan-perubahan
yang terjadi.[1]
Sekurang-kurangnya, menurut Abdul
Basit ada tiga problematika besar yang dihadapai dakwah para era kontemporer
ini, yaitu: Pertama, pemahaman masyarakat pada umumnya terhadap dakwah
lenih diartikan sebagai aktivitas yang bersifat oral communication
(tabligh) sehingga akktivitas dakwah lebih berorientasi pada kegiatan-kegiatan
ceramah atau tabligh. Di satu sisi, kegiatan ceramah memberikan
keberuntungan tersendiri seperti adanya kontak langsung antara da’i
dengan audiens (mad’u), seorang da’i tidak membutuhkan persiapan yang
matang, mad’u tidak memerlukan energi yang banyak untuk berfikir, dan audiens
ceramah bisa bersifat heterogen maupun homogen. Di sisi lain, ada
kelemahan-kelemahan mendasar dari kegiatan ceramah, di antaranya: mad’u harus
menyediakan waktu yang cukup untuk mengikuti ceramah. Padahal di era
kontemporer ini, masyarakat banyak yang tidak memiliki waktu dikarenakan sibuk
dengan kesibukannya dalam bekerja. Selain itu, ceramah dapat membosankan dan
menjenuhkan, tidak efektif dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah disebabkan
daya tangkap manusia sangat terbatas, dan kelemahan-kelmahan lain yang terkait
dengan kompetensi yang dimiliki oleh seorang da’i.[2]
Kedua, problematika yang
bersifat epistemologis. Dakwah pada era sekarang bukan hanya bersifat
rutinitas, temporal dan instan, tetapi dakwah membutuhkan paradigm keilmuan.
Dengan adanya keilmuan dakwah tentunya hal-hal yang terkait dengan
langkah-langkah strategis dan teknis dapat dicari rujukannya melalui
teori-teori dakwah. Selama ini, aktivitas dakwah berjalan terus menerus tanpa
menggunakan kerangka teoritis yang jelas. Akibatnya, aktivitas dakwah berjalan
tanpa perencanaan dan evaluasi. [3]
Problem yang muncul berkenaan dengan epistemology dakwah, menurut Awis Karni, yaitu:
Pertama, dari segi sejarah munculnya dan perkembangan ilmu-ilmu yang ada
dalam Islam bahwa ilmu dakwah tidak ada dalam khazanah ilmu-ilmu Islam klasik
seperti halnya ilmu kalam, filsafat Islam, tasawuf, fiqih, hadist, dan
sebagainya. Sementara itu, kesulitan juga muncul ketika ada pembicaraan siapa
mujtahid pertama yang menggagas munculnya ilmu dakwah. Kedua, ketika
dakwah ditinjau dari teori keilmuan yang atau filsafat ilmui, problem muncul
waktu menjelaskan epistemologi dakwah. Problem ini terutama terkait dengan
objek kajiannya, baik secara formal maupun material, sistem dan metodologi,
serta aksiologi dakwah dalam menjelaskan kenyataan yang dihadapi dakwah Islam.[4]
Ketiga,
problem yang menyangkut sumber daya manusia. Aktivitas dakwah masih dilakukan secara
sambil lalu atau menjadi pekerjaan sampingan. Implikasinya banyak bermunculan da’i-da’i
yang kurang professional, rendahnya penghargaan masyarakat terhadap profesi
da’i, dan lemahnya manajerial yang dilakukan oleh da’i dalam mengemas
kegiatan dakwah. Banyak da’i yang gagap dengan teknologi yang sedang
berkembang, tidak adanya penelitian dan perencanaan yang matang secara
sistematis dan kurangnya koordinasi antar organisasi atau Perguruan Tinggi yang
bergeraj di bidang dakwah. Idealnya, seorang da’i tidak hanya memilki
kompetensi yang bersifat substantif saja seperti kemampuan dari sisi
materi-materi dakwah dan akhlak da’i, tetapi juga membutuhkan kompetensi lain
berupa metodologi sehingga kompetensi substantif yang dimilkinya dapat
ditransformasikan kepada masyarakat secara efisien dan efektif. [5]
C
Tantangan-Tantangan
Dakwah Kontemporer
Dewasa ini,
tantangan dakwah tampaknya semakin berat, terutama tantangan akibat dari
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dampak dari arus modernisasi dan
globalisasi. Walaupun di balik tantangan tersebut sesungguhnya juga menawarkan
peluang-peluang yang harus dimanfaatkan. Tantangan dakwah kontemporer dapat
dibedakan menjadi dua hal, yaitu: Pertama, tantangan yang merupakan
ekses atau dampak dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan sisi buruk
dari globalisasi. Kedua, tantangan yang berasal dari pihak non-Muslim,
baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri, berbagai progam dan
strategi yang mereka lakukan. Ketiga, tantangan dakwah akibat dari
berbagai persoalan kebangsaan yang memberikan efek negatif kepada kegiatan
dakwah. Sementara pada sisi lain, dakwah juga dihadapkan dengan persoalan
kemiskinan, terutama dampak dari krisis ekonomi, yang telah mengakibatkan
penduduk Indonesia berada di bawah garis kemiskinan. Selain itu, tantangan atau
permasalahan pemurtadan dan ghazwul Fikr yang dilakukan pihak non-Muslim
dan hal ini hanya selalu diwaspadai. Dalam konteks ghaswul Fikr,
terdapat berbagai tuduhan dari pihak luar Islam seperti Islam dikembangkan
dengan pedang dan perang, serta tuduhan Islam agama teroris.
Mereka telah menyalahgunakan
kebebasan berekspresi untuk memprovokasi, menghina keyakinan dan melukai hati
umat Islam. Semua bentuk serangan terhadap Islam, Al-Qur’an dan Nabi Muhammad
SAW. Dalam konteks dakwah, semua tuduhan itu harus dijawab secara akademis,
bukan dengan sentiment yang berlebihan. Sejauh ini memang sudah ada beberapa
upaya untuk mengkanternya, seperti yang dilakukan oleh Irena Handono dan
teman-temannya. Ia menulis buku dengan judul: Islam Dihujat: Menjawab buku the
Islamic Invasion. Ke depan usaha-usaha seperti itu, harus dilakukan,
sehingga ada keseimbangan antara informasi dan wawasan bagi masyarakat dunia.
Tantangan dakwah pada tataran
nasional juga sangat beragam. Bangsa Indonesia sekarang sedang melangkah dari
kehidupan agraris yang bersahaja kepada kehidupan industry. Proses
industrialism dan modernisasi, manusia dapat lupa terhadap hakikat hidup dan
fungsi ganda yang diembankannya, yaitu sebagai pengabdi kepada Allah (abdun),
sebagai khalifah dan penerus risalah kenabian. Manusia dapat menjadi makhluk penyembah
teknologi, materu dan kepada sesame. Kalau kondisi ini muncul akibatnya akan
menghasilkan industri yang mengelu-elukan teknologi, serta muncul sikap mental
arogan terhadap nilai-nilai transenden yang ditawarkan oleh wahyu Ilahi.
Kemudian pada gilirannya akan menjurus kepada pemikiran dan sikap hidup yang
sekuler, baik dalam pengertian pemisahan agama dengan politik, maupun dalam
pengertian terbebasnya manusia dari kontrol ataupun komitmen terhadap
nilai-nilai agama.
Dakwah Islam dituntut untuk
memberikan nilai terhadap ilmu pengetahuan, yaitu pada tahap aksiologis,
sehingga penerapan ilmu tidak memberikan dampak negatif bagi kehidupan umat
manusia. Demikian juga halnya dalam penerapan teknologi. Baik terhadap ilmu
pengetahuan maupun terhadap teknologi, yang sangat menentukan disinilah adalah
manusianya yang mengendalikan ilmu dan teknologi itu. Tantangan berikutnya,
yang semakin terasa saat ini adalah akibat dari munculnya era globalisasi. Pada
era ini, dunia terasa tidak luas lagi dan kehidupann manusia antar Negara
menjadi transparan. Akibatnya adalah muncul nilai-nilai baru yang dapat
mempengaruhi perilaku dan sikap seseorang. Media massa saat ini, seperti radio,
televisi, pers dan teknologi mutakhir, dikuasai oleh pihak barat. Dalam konteks
dakwah keberadaannya harus selalu diperhitungkan, sebab secara teori media masa
mempunyai fungsi memberikan informasi (to inform), mendidik (to educated) dan
menghibur (to entertainment). Media massa juga bersifat ambivalen, pada satu
sisi menawarkan “rahmat” yaitu kebaikan, kemudahan, dan pencerahan kepada umat
manusia sebagaimana fungsi diatas.
BAB
III
PENUTUP
A Kesimpulan
Dakwah yang pada intinya menyeru kepada Allah,
adalah kewajiban setiap muslim. Kesadaran ini penting ditanamkan pada setiap
muslim. Allah SWT berfirman dalam QS an Nahl : 125 yang artinya: “Serulah
(manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapatkan petunjuk”.
Dakwah pada era kontemporer ini
dihadapkan pada berbagai tantangan dan problematika yang semakin kompleks. Hal
ini tidak terlepas dari adanya perkembangan dan dinamika masyarakat yang
semakin maju dan beradab. Pada masyarakat agraris yang dimana kehidupan manusia
penuh dengan kesederhanaan dan kesahajaan tentunya terdapat problematika hidup
yang berbeda dengan masyarakat kontemporer sekarang ini yang cenderung
materialistik dan individualistik. Begitu juga tantangan dan problematika
dakwah yang dihadapkan pada berbagai persoalan yang sesuai dengan tuntutan pada
era sekarang ini.
B Saran
Saran untuk umat Islam kita harus bisa
mengambil sisi positif dari segala perubahan yang ada, kita harus bisa
menyaring serta memfilter mana yang memang cocok untuk diambil dan dianut.
Dakwah kontemporer disini banyak dihadapkan pada beberapa tantangan dan
problematika yang semakin kompleks. Dakwah kontemporer menggunakan fasilitas
media massa sebagai proses penyebaran dakwah informasi. Kita sebagai umat Islam
harus bisa mengetahui dan mengikuti mana yang baik untuk diambil.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul
Wasit. 2006. Wacana Dakwah Kontemporer. Purwokerto: STAIN Purwokerto.
Awis
Karni. 2005. Dakwah Islam di Perkotaan: Studi Kasus Yayasan Wakaf Paramadina. Disertasi, PPS IAIN
Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Muhammad
Arkoun. 2005. Islam Kontemporer: Menuju Dialog Antar Agama.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yatimin
Abdullah. 2006. Studi Islam Kontemporer. Jakarta: Amzah.